Most Viewed

Senin, 05 Maret 2012

pembenahan operasi I ( sistem = jaringan dan proses I )


Bandung, 14 Desember 2009
Kepada,
Wakil Direktur Utama
PT. Pos Indonesia, bandung 40000

Perihal  : Saran dan masukan untuk pembenahan operasi I ( sistem dan proses )
Assalammualaikum wr. wb,
                Pertama-tama saya ucapkan terima kasih atas perhatian bapak yang telah mau membaca surat masukan berikut ini semoga ada manfaatnya buat perusahaan yang bapak pimpin.
                Masukan ini coba menguraikan operasi saat ini yang menurut penulis terjadi mis management yang berdampak inefisiensi dan bagaimana memperbaikinya kedepan agar berhasil guna (cost effective) dan berdaya guna (cost efficien).
                Sebelum masuk ke proses yang lebih rinci per tahapan proses maka perlu saya gambarkan secara besaran sistem operasi pos berbasis end to end yaitu proses memindahkan sesuatu dari sipengirim ke sialamat melalui tahapan proses C-P-T-D dan R.
Sistem operasi pos berbasis end to end disusun dengan pola hub and spoke ( hub = MPC/KSD sedangkan spoke = kantorpos selain MPC/KSD ) yang terhubung satu dengan lainnya melalui suatusistem jaringan transportasi.
Dalam teori transportasi hub and spoke, MPC/KSD/UPT dinamai node dan jaringan dinamai  link. Dalam node terdapat group process C-P-D dan R sedangkan dalam link terdapat group process P dan R.
Jaringan Pos Indonesia dibagi 3 tingkatan yaitu:
  1. Jaringan nasional (primer) yang menghubungkan titik titik yang ditetapkan sebagai MPC/KSD (hub) seluruh Indonesia dan wewenang pengaturannya oleh Kantor Pusat.
  2. Jaringan wilayahpos (sekunder) yang menghubungkan titik titk MPC/KSD (hub) ke Kantorpos/UPT (inbound) dalam satu wilayahpos dan wewenang pengaturannya oleh Kantor Wilayahpos.
  3. Jaringan lokal (tersier) yang menghubungkan titik titik Kantorpos/UPT ke Kantorpos Cabang (kptb/kpp) yang berada dibawah pengawasan Kantorpos/UPT tersebut dan wewenang pengaturannya oleh Kantorpos.
Pengumpulan dan pelaporan ( collecting and reporting )
                Sebagai gambaran collecting dan reporting untuk kiriman terbukukan dilakukan di institusi pos milik sendiri maupun di institusi milik kemitraan melalui loket loket yang tersedia sedangkan yang tidak terbukukan melalui sarana bissurat yang ada di kantorpos maupun yang ada di tepi jalan di dalam kota di bawah pengawasan sebuah UPT .
                Saran dan masukan kali ini kita akan bahas masalah Collecting and Reporting (C and R) saat ini untuk kirimanpos terbukukan, pelanggannya retail, yang melakukan transaksi melalui loket (walk in customer). Batasan ini penulis lakukan mengingat banyaknya mis management yang terjadi yang tak mungkin diuraikan satu per satu  dalam tulisan pendek ini tapi ingin coba focus ke beberapa  masalah utama sampai tuntas.
                Untuk group process collecting dan reporting diloket saat ini mis management terlihat pada kebijakan spesialisasi jenis jasa layanan diloket, kebijakan jumlah petugas loket dan jam masuk per shift yang tetap, kebijakan format dan konten resi, kebijakan sistem teknologi database track and trace, kebijakan cap tanggal dan perangkatnya yang kelima kebijakan apabila diperbaiki akan menyumbangkan cost effective yang meningkat dan cost efficien yang cukup significant dari sisi biaya.
Solusi untuk ketiga masalah yang dikemukakan di atas sebagai berikut ;
                Kebijakan spesialisasi jasa layanan diloket harus di ubah menjadi loket terintergrasi dimana semua loket melayani semua jenis layanan yang di sediakan oleh PT Pos Indonesia tidak seperti sekarang setiap loket hanya melayani satu atau dua layanan tertentu akibatnya produktifitas setiap petugas loket di bawa standar karena jumlah pengunjung dan jumlah transaksi setiap jenis layanan tidak sama setiap jam/hari/minggu/bulan/tanggal karena PT Pos Indonesia adalah perusahaan jasa bukan perusahaan penghasil barang.
                Prasyarat dari perubahan kebijakan tersebut di atas maka petugas loket harus dilatih untuk mengerjakan semua jenis layanan dengan benar melalui tour of duty. Mengingat jumlah dan jenis produk eksisting cukup banyak baik yang bersifat transaksi berbasis teknologi maupun penjualan fisik barang konsinyasi maka terlebih dahulu keputusan simplifikasi bisnis dan simplifikasi produk perlu ditetapkan yang penulis sarankan pada tulisan sebelumnya.
                Untuk para pelaksana/petugas loket job desk actuating di buatkan instruksi kerja setiap jenis layanan secara rinci dan standar yang nantinya akan menjadi dasar pengukuran kinerja individu masing masing. Sistem teknologi harus terintergrasi. Sarana dan kelengkapan harus dicukupi disetiap loket.
                Kebijakan jumlah petugas loket dan jam masuk per shift yang bersifat tetap harus diubah menjadi tidak tetap/fleksibel sesuai kebutuhan. Sebagai contoh kondisi sekarang suatu  kantor umpamanya telah menetapkan 8 orang masuk kantor jam 07.00 pagi setiap hari, tanpa memperhatikan ada atau tidaknya pelanggan, seharusnya jumlah petugas loket dan jam masuknya harus berdasarkan  kebutuhan yaitu analisa jumlah pelanggan dan jumlah transaksi setiap jam/hari/minggu/bulan/tanggal sehingga kapasitas terpasang setiap jam/hari/minggu/bulan/tanggal tidak berlebih dan tidak berkurang di banding standar.
                Prasyarat dari perubahan kebijakan tersebut diatas maka job desk supervisior fungsi organizing harus dilengkapi dengan instruksi kerja organizing yang standar secara rinci dan runut mulai dari menetapkan jenis dan jumlah data yang diperlukan untuk analisis sampai menghasilkan keputusan jumlah petugas loket yang masuk berdasarkan jam/hari/minggu/bulan/tanggal ( rostering).
                Untuk data jumlah pengunjung harus diterapkan sistem antri berbasis teknologi sedangkan data jumlah transaksi diambil dari back office.
                Kebijakan format dan konten dari resi yang bermacam macam harus di ubah menjadi resi terintergrasi (tunggal) untuk semua jenis layanan yang di sediakan oleh PT Pos Indonesia tidak seperti sekarang untuk setiap jenis layanan mempunyai resi tersendiri sehingga diperlukan lebih dari satu printer untuk setiap loket, apabila hanya satu printer akan  ada tambahan aktifitas berupa ganti resi untuk setiap kali terjadi transaksi yang berbeda. Selanjutnya kedepan resi tidak boleh di customize oleh para pemasar.
                Kebijakan sistem teknologi database track and trace di loket existing  harus di ubah menjadi file per kantor transit dan kantor tujuan berbasis kodepos dirian berdasarkan kebijakan pola tutupan, pola distribusi dan pola transportasi yang ditetapkan oleh operasi agar proses berikut di bagian puri/trier dan ketuapos berjalan efektif.
                Kebijakan cap tanggal dan perangkatnya yang ada di loket harus di tiadakan karena sudah tergantikan pada print out resi oleh sistem teknologi karena akan berlebihan, kecuali pada saat darurat (contoh listrik putus/mati) sistem kembali ke manual.  
                Dampak dari perubahan ini apabila di terapkan di 200 UPT dan beberapa ratus kptb besar di seluruh Indonesia dari sumber daya sdm, sarana dan barang pemakaian yang kalau di konversikan dalam rupiah akan terjadi efficiency milyaran rupiah per tahun. Selain itu terjadi peningkatan kualitas karena terjadi cutting process dan harga pokok per unit akan turun dan lebih kompetitif.
                Tentu semua ini harus di teliti dulu dengan dukungan data dan dokumen oleh tim analis sehingga kita akan tahu persis berapa angka efisiensi setelah dihitung sesudah perubahan dibandingkan dengan sebelum perubahan.
                Pada saran dan masukan berikutnya akan saya uraikan pembenahan infrastruktur operasi /processing-reporting .
                Marketing menghasilkan pendapatan, Operation melipat gandakan pendapatan melalui kualitas dan efisiensi.
Demikian yang dapat saya sampaikan, selamat bekerja, sukses selalu dan terima kasih.
Waalaikumsalam wr. wb.,

                                                                                                                                                Hormat Saya,

                                                                                                                                                 Fakhri Umar
Tembusan :
Direktur Utama PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Marketing and Bisnis Development, Bandung 40000
Direktur Mail and Operation, Bandung 40000
Direktur SDM dan Sarana, Bandung 40000
Direktur Teknologi, Bandung 40000
Ketua Tim Pembenahan Operasi, Bandung 40000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar