Bandung, 27 Juli 2012
Kepada,
Direktur Utama,
PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Perihal : penghubung
( link )
Assalam mualaikum wr. wb.
Tulisan ini
adalah tulisan kedua dari sembilan tulisan mengenai bisnis suratpos dan
paketpos atau bisnis kurir ( 1.bisnis-2.penghubung-3.node-4.collecting-5.processing-6.transporting-7.delivering-8.track
& trace-9.struktur organisasi
).
Tulisan ini saya sampaikan untuk bersama sama kita menemu
kenali letak inefisiensi sebagai lanjutan dari 3 tulisan sebelumnya (88.backbone-89.memperbaharui
niat dan meluruskan langkah-efisiensi,90.cara mendapatkannya) penjelasan
mengenai bisnis dan sistem operasi secara komprehensif dalam rangka
menghasilkan dana untuk anggaran pendidikan, kesehatan dan transportasi bagi
karyawan, yang tidak cukup untuk dibiayai oleh karyawan dari penghasilannya.
Penghubung, apa itu?
Penghubung
adalah rute yang menghubungkan satu titik ke satu titik yang ada dalam peta
yang menjadi acuan moda angkutan (transportasi) untuk melaluinya yang akan ditetapkan
kebijakannya.
Yang dimaksud dengan titik diatas adalah
kantor asal, kantor transit maupun kantor tujuan yang mengirimkan , meneruskan,
maupun yang menerima kiriman melalui terminal laut, darat, maupun udara yang akan
ditetapkan kebijakannya.
Kumpulan penghubung yang menghubungkan seluruh titik dalam
peta suatu Negara disebut jaringan, dalam hal ini jaringan
yang dimaksud adalah yang disusun oleh PT Pos Indonesia yang akan menjadi
sumber bahasan dalam uraian berikut
Yang dimaksud dengan jaringan diatas adalah
penghubung antar kantorpos2 di diwilayah Negara Indonesia yang tergambar pada
suatu peta, disusun dengan rinci pada model N22 nasional berikut penjelasannya.
Buku aturan jaringan ini di sebut Bendel A dan Bendel B pada zaman dulu.
Penghubung, menggambarkan
apa?
Penghubung menggambarkan konektifitas setiap titik,
konektifitas setiap moda transportasi, kebijakan frekuesi jam berangkat dan jam
tibanya suatu moda tranportasi di suatu kantor, serta jenis/ukuran/jumlah moda
transportasi yang melayani rute tersebut yang ditetapkan dalam bentuk kebijakan
dan prosedur. Penghubung ini disebut penghubung tetap.
Selain penghubung tetap, juga dipersiapkan penghubung
alternatif sebagai solusi penyelesaian apabila terjadi hambatan/gagal angkut
kirimanpos dalam bentuk kebijakan dan prosedur. (contingency plan)
Penghubung, cara menyusunnya?
Untuk
menyusun jaringan penghubung maka perlu beberapa prasyarat sebagai acuan yaitu:
- Data perkiraan produksi asal/tujuan (jumlah pucuk kiriman maupun jumlah/berat kantongpos untuk setiap titik
- Adanya permintaan titik2 yang akan menjadi lokasi penjualan sebagai titik asal dan lokasi antaran sebagai titik tujuan dengan wtkp/swp maksimal yang ditetapkan berdasarkan kajian pasar dan pelanggan oleh bagian pengembangan bisnis
- Pemahaman bagian perancangan jaringan tentang wtkp/swp yaitu: H+0; H+1; H+2; dan seterusnya perihal jumlah waktu yang tersedia untuk proses operasi
- Ada tips sederhana “The ship follow the trade” yang akan mengilhami penyusunan jaringan utama dan jaringan pengumpan. (jaringan primer,sekunder, tersier)
- Penetapan kebijakan model jaringan
- Out-put dari penyusunan ini akan menghasilkan kebijakan jam berangkat/jam tiba moda transportasi, pemilihan moda transportasi berupa jenis/jumlah /ukuran, kebijakan pola tutupan, pola sortir, pola cut-off time proses proses sebelum berangkatnya alat angkutan dan proses proses sesudah tibanya alat angkutan
Apa yang harus
dilakukan? (tingkat pusat, tingkat area dan tingkat
operasional)
Dengan
prasyarat yang saya uraikan diatas maka fungsi menganalisis jaringan yang eksis
sekarang sesuai dengan wewenangnya, apakah sudah tepat, kurang tepat, atau
tidak tepat. Jika hasilnya sudah tepat tidak perlu dilakukan perubahan, kalau
kurang tepat perlu di sempurnakan, kalau tidak tepat perlu dihapuskan dan
ditata ulang, kalau tidak ada perlu ditambahkan.
Dampak dari
analisis oleh fungsi akan ditemu kenali rute mana yang menyebabkan inefisiensi
jam berangkat/jam tiba moda transportasi, pemilhan moda transportasi berupa
jenis/jumlah/ukuran yang eksis sekarang ini yang dari professional judgement saya merupakan bagian yang cukup signifikan dari
inefisiensi 200 milyar /tahun
Rekomendasi
Perlu pembentukan
tim untuk proyek mengaudit dan menata ulang penghubung yang ada saat ini jika indikasi
awal hasil analisis fungsi menunjukkan inefisiensi pada jaringan/penghubung
yang kurang tepat, tidak tepat dan tidak ada, sebagai prasyarat mengefisienkan
proses operasi (C-P-T-D-T&T) yang akan dijelaskan pada tulisan tulisan selanjutnya.
Kondisi ke depan
Diharapkan
hasil penyusunan jaringan nasional kedepan oleh tim lebih cost effective dan cost
efficien dan dokumentasi kebijakannya dan prosedurnya tersusun dengan
lengkap dalam sebuah buku aturan jaringan.
Demikian saran dan masukan semoga bermanfaat. Wassalam.
Hormat kami
Fakhri Umar
Tembusan:
Anggota Direksi, PT. Pos
Indonesia, Bandung 40000
Ketua Umum dan Sekjen SPPI, PT.
Pos Indonesia, Bandung 40000
Ketua Umum dan Sekjen SPPIR, PT.
Pos Indonesia, Bandung 40000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar