Bandung, 25 Mei 2012
Kepada,
Direktur Utama,
PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Perihal : Too many but not enough
Assalam mualaikum wr. wb.
Too
many but not enough, ( terjemahan umum: banyak tapi tidak cukup ) adalah
istilah yang dipakai bagi perusahaan yang mengelola dan mempekerjakan
sumberdaya manusia secara kuantitas berlebih tapi secara kualitas tidak cukup.
Dampak dari itu adalah terjadi pemborosan karena berlebih
dan jalannya roda bisnis perusahaan tidak mengalami perkembangan (stagnan/statis)
sesuai dengan dinamika perubahan yang terjadi dengan sangat cepat karena kualitas
(kompetensi) sdm yang dimiliki tidak memadai.
Pemborosan terjadi karena ketiadaan standarisasi kerja
setiap mata rantai proses bisnis baik proses inti maupun proses pendukung. Kalau
pun ada standar yang dipakai masih standar yang lama yang tidak layak
dipedomani lagi karena perubahan sistem baik proses maupun teknologi,
berikut perubahan sarana yang dipakai.
Perkembangan perusahaan tidak terjadi karena
peningkatan kemampuan, motivasi kemauan dan perubahan perilaku
sumberdaya manusia tidak terrencana dengan baik untuk setiap orang, dan kalau
pun ada, dalam pelaksanaannya tidak konsisten dan berkesinambungan untk semua
orang.
Pertanyaannya adalah apakah di tubuh PT Pos Indonesia
terjadi gejala seperti itu? yang tahu bapak bapak yang masih aktif mengelola
perusahaan saat ini. Kalau tidak ada gejala ini, maka
kita harus merasa syukur bahwa perusahaan ini diberi sumberdaya manusia yang
cukup dan baik kualitasnya, insya’allah perusahaan ini akan maju. Kalau
ada gejala ini, maka langkah langkah perbaikan harus dilakukan,
keputusan harus diambil sebelum terlambat
Langkah langkah
perbaikan maupun keputusan harus diambil saran dan masukan sebagai berikut:
Standarisasi
Yang dimaksud
dengan standarisasi disini adalah standarisasi beban kerja untuk setiap
proses inti dan setiap proses pendukung
dari proses bisnis bagi para pelaksana dan manajemen. Tanpa standarisasi maka
hasil evaluasi tidak dapat diukur (measure),
kalau tak dapat diukur maka tak dapat dikelola (manage), kalau tak dapat dikelola maka akan terjadi kerugian bagi
perusahaan apabila kapasitas terpasang berlebih setiap hari, kalau kurang akan
menyebabkan standar mutu kepada pelanggan tak dapat di penuhi setiap hari.
Mengingat bahwa
perusahaan adalah perusahaan jasa dan jumlah pelanggan yang datang setiap hari
tidak pasti maka management capacity
menjadi krusial dan harus menjadi prioritas utama dalam pelatihan para pimpinan
yang duduk dalam jajaran struktural.
Alat berikut
metode untuk menghitung kapasitas ini harus dibuat sebagai alat untuk keperluan
evaluasi secara berkala. Alat ini (khususnya untuk evaluasi jaringan dan proses
operasi mail and parcel) sudah dibuat
oleh Tim PPO tinggal diterapkan dan terus disempurnakan.
Pelatihan
Pelatihan harus direncanakan setiap tahun untuk meningkatkan
kemampuan
(trainning for trainer/TOT) agar
kualitas sdmnya mencukupi (enough).
Peserta pelatihannya adalah para supervisor
yang mempunyai bawahan berupa para pelaksana. Polanya adalah beberapa supervisor dari satu kantor di latih TOT, lalu sekembalinya ke kantor
diwajibkan membuat rencana pelatihan (build
in training/BIT) untuk para supervisor
yang tidak ikut TOT di kantor tersebut, selanjutnya para supervisor melaksanakan pelatihan untuk bawahanya langsung (para
pelaksana) dengan pola mail open.
Materi pelatihan baik untuk TOT dan BIT adalah semua
kebijakan dan prosedur (bisnis, sistem operasi, sistem sdm, sistem teknologi,
sistem keuangan, sistem sarana) yang berlaku di PT Pos Indonesia. Sedapat
mungkin materi ilmu umum dikurangi, karena sasarannya adalah mengelola operasional
perusahaan PT Pos Indonesia disetiap tingkat strutur organisasi.
Materi pelatihan untuk mail open ditekan pada instruksi kerja dengan pengantar berupa
kebijakan dan prosedur kerja yang sesuai dengan bagian dimana bawahan tersebut
bekerja. Pelatihnya adalah para supervisornya
langsung yang sudah mengikuti pelatihan BIT.
Penghargaan dan hukuman
Agar dapat membangkitkan kemauan dari sdm untuk
bekerja dengan baik dan benar, maka sistem penghargaan dan hukuman harus
ditegakkan agar sdm yang ada termotivasi melaksanakan tugas kewajibannya dengan
baik. Penghargaan dan hukuman akan membuat pembeda antara yang benar dan yang salah
dengan tolok ukur standarisasi tersebut diatas, sehingga tidak ada lagi yang
benar dan yang salah mendapat penghargaan yang sama, tidak ada lagi yang salah tidak
dapat hukuman.
Disiplin
Disiplin harus ditegakkan agar perilaku/attitude sdm
kedepan berubah secara terus menerus sehingga suatu saat akan menjadi budaya
kerja yang berlaku di PT Pos Indonesia. Untuk itu diperlukan
kepemimpinan yang kuat (strong leadership)
disetiap tingkatan dalam struktur organisasi di pusat, area maupun kantor
operasional di lapangan.
Selain kuat juga kompak dalam menjalankan semua
kebijkan dan prosedur kerja yang sudah disepakati tanpa penyimpangan, karena
kalau terjadi penyimpang akan menjadi preseden buruk bagi para bawahan sehingga
pimpinan tersebut kehilangan wibawa.
Demikian saran dan masukan yang dapat saya sampaikan
semoga bermanfaat. Wassalam mualaikum wr. wb.
Hormat kami
Fakhri Umar
Tembusan:
Wakil Direktur Utama, PT. Pos
Indonesia, Bandung 40000
Direktur Ritel dan Properti, PT.
Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur
Surat dan Paket, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Teknologi dan Jasa Keuangan, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Keuangan, PT. Pos
Indonesia, Bandung 40000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar