Most Viewed

Selasa, 10 April 2012

Institusi


Bandung, 5 Juni 2010
Kepada,
Wakil Direktur Utama,
PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Perihal :  Bisnis logistic” rencana memdirikan  anak perusahaan  PT Pos Indonesia (institusi)
Assalammualaikum wr. wb,
                Pertama-tama saya doakan semoga bapak bapak direksi berada dalam keadaan sehat wal afiat tak kurang suatu apa pun mengingat beban kerja yang cukup berat mewujudkan PT Pos Indonesia yang handal dan makmur baik untuk pelanggannya maupun karyawan yang bekerja didalamnya.
                Tulisan kali ini sifatnya khusus yaitu logistik yang sebagian besar orang berpendapat adalah masa depan pos. Pendapat itu tidak keliru amat tapi menurut saya masa depan pos selain logistik adalah kurir ( mail = letter and parcel ). Bisnis keagenan hanya bersifat optimalisasi sumber daya yang ada untuk tercapainya standar produktifitas yang ditetapkan (agar tidak rugi) tanpa menambah lagi sumber daya baru. Itu pendapat saya.
                Kembali ke topik kita “bisnis logistik, apakah PT Pos Indonesia mempunyai kompetensi dan pengalaman mengelola bisnis ini. Jawabannya ya, mana buktinya yang konkrit dan bagaimana sistemnya.
                Salah satu contoh konkrit bisnis logistic yang ditangani sampai kini adalah pajak tidak langsung ( benda meterai ) yang selama ini kita masukkan dalam bisnis keagenan (barang titipan dari dirjen pajak) dibawah struktur organisasi retail yang mengelolanya.
                  Apabila dilihat dari end to end proces mulai dari terima meterai dari dirjen pajak, didistribusikan untuk disimpan dalam khazanah/gudang (warehousing) di kantor pusat, wilayah dan kantorpos, didata jumlah yang diterima dan dikeluarkan (inventory system) selanjutnya di jual diloket loket ( agency ) seharusnya dimasukan dalam bisnis logistik.
                Jadi ada unsur warehousing, inventory system, distribution ( lebih suka saya pakai istilah ini dari transportation ) dan agency sehingga ia menjadi logistik plus. Jadi ada tiga pendapatan yaitu logistik, paketpos (distribusi) dan keagenan (selling).
                Kontribusi pendapatannya sangat besar lebih kurang 60 sampai 70 milyar per tahun. Tingkat resiko mengelolanya sangat tinggi karena menyangkut barang/benda berharga uang. Kira kira dengan empat aktifitas pokok diatas dan resiko tinggi perhitungan hppnya apakah sudah dimasukkan atau hanya aktifitas agency saja. Perlu ditinjau kembali apabila hppnya hanya menghitung agency saja karena perusahaan akan rugi.
                Untuk sistem operasinya memakai sistem C-P-T-D-Ipos yaitu paketpos sehingga tidak perlu di buat sistem baru dan investasi baru. Disini lah kejelian manajemen kedepan membidik pasar/pelanggan, salah membidik pasar/pelanggan maka diperlukan sistem baru dan investasi baru.
                Untuk menghitung “hpp resiko” dapat dicontoh jasa layanan weselpos tarif lama dimana selain dihitung biaya weselpos untuk membiayai biaya pengelola weselpos end to end maka ditambah biaya resiko yaitu setiap pengiriman uang Rp.1.000,- atau kelipatannya dikenakan tambahan bea Rp25,-. Uang sebesar RP25,- / Rp1.000,- dipakai untuk biaya asuransi keamanan perampokan uang dikantorpos kantorpos dan biaya pengiriman/pengawalan fisik kas ke kantorpos tempat pembayaran weselpos.
                Contoh lain pasar logistik yang pernah dikelola oleh pos tanpa investasi dan sistem baru adalah akte agraria milik Badan Pertanahan Nasional, bendapos konsinyasi, voucher telkomsel, sedangkan pengalaman mengelola barang logistik milik perusahaan adalah perangko/bendapos, barang pemakaian, formulir keperluan pendukung operasi.
                Jadi tidak benar kalau PT Pos Indonesia tidak punya pengalaman dan pengalaman mengelola logistik.
                Kalau begitu penjelasannya kenapa bisnis logistik tidak berkembang di PT Pos Indonesia. Jawabannya adalah pada masa lalu fokus penggarapan pasar adalah mail, saat ini bergeser ke keuangan. Seharusnya ketiga bisnis tersebut digarap. Jadi kedepan tidak boleh hanya pada satu pasar bisnis tapi semua pasar bisnis digarap serentak bersama sama. Khusus untk logistic ini saatnya jangan ditunda tunda dan pasar yang digarap harus tepat agar terjadi sinergi dengan sistemoperasi, sdm dan sarana yang ada.
Tulisan berikut “ Standarisasi apakah ada di PT Pos Indonesia?”.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat, selamat bekerja, sukses selalu dan terima kasih. Waalaikumsalam wr. wb.,
                                                                                                                                Hormat Saya,

                                                                                                                                 Fakhri Umar
Tembusan :
Direktur Utama PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Marketing and Bisnis Development, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Mail and Operation, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur SDM dan Umum, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Teknologi, PT Pos Indonesia, Bandung 40000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar