Bandung, 16 April 2010
Kepada,
Wakil Direktur Utama
PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Perihal : Saran
dan masukan masalah mutu,
Assalammualaikum wr. wb,
Pertama-tama
saya ucapkan terima kasih atas perhatian bapak yang telah mau membaca saran dan
masukan ke-20 ini yaitu masalah mutu, karena menurut
saya sampai saat ini focus managemen
adalah mencari pendapatan sebesar besarnya bukan membangun mutu (kualitas)
untuk meraih pendapatan sebesar besarnya maka perhatian terhadap mutu dalam
arti luas agak menurun.
Masukan
ini coba menguraikan masalah mutu (quality), model/formulir
data dan laporan mutu yang perlu ditata ulang dengan konsep aturan yang tepat
diteruskan, yang kurang tepat disempurnakan, yang tidak tepat dihapuskan serta beberapa
penyebab kemungkinan terjadinya penyimpangan mutu pada tahapan proses operasi
sehingga kinerja mutu layanan menurun.
Berdasarkan
catatan yang ada model yang dipakai untuk penyimpangan mutu adalah P6 untuk
kirimanpos yang diterima dalam keadaan rusak atau kurang pada saat serah terima
antar proses (indoor process =
C-P1-P2 kantor asal, P3-P4-D kantor tujuan) P6a untuk kirimanpos yang diterima
rusak atau kurang pada saat serah terima dari alat angkutan (outdoor process = T) dan I6 untuk
kiriman salah salur/salah sortir. Laporan yang dipakai untuk melaporkan
penyimpangan adalah laporan bulanan
penyimpangan dan penyeleweangan walaupun tidak ada korelasi dengan pendataan P6/P6a/I6 yang menurut saya perlu
disempurnakan.
Dalam contoh uraian kali ini saya
akan menguraikan mutu berdasarkan motto
perusahaan yaitu cepat - tepat - aman dan dimana saja kemungkinan terjadi penyimpangan
mutu yang membawa dampak kerugian bagi perusahaan dan pelanggan.
Cepat
= time certain dengan tolok ukur waktu artinya bagaimana kita membagi waktu
atas jam dan menit untuk rangkaian segmen proses dengan pola (pattern) mail trip
terpendek C-P1-P2-P3-P4-D (kiriman lokal dalam satu wilayah
kantorpos pemeriksa/KSD/MPC) dan pola
(pattern) mail trip yang terpanjang
C-T1-P2-T2-P1-P2-T3-P2-T4-P2-T5-P2-T6-P3-P4-T7-P3-T8-D (kiriman dari kpp ke kpp
lainnya). Setiap segmen harus dialokasikan
waktu yang cukup yang kita sebut cut
off time untuk satu kali masa olah yang tergambar pada N22 (daftar
tutupanpos). Apabila seluruh rangkaian jam dan menit dari setiap segmen dijumlahkan
maka akan diperoleh kualitas kiriman yang dijanjikan kepada pelanggan dalam
bentuk waktu yang kita rumuskan dalam kalimat hari ini sampai ( H+0 =
9jam total waktu proses operasi ), esok sampai (H+1 = 33jam total waktu
proses operasi), lusa sampai ( H+2 = 57jam total waktu proses operasi) dan
seterusnya.
1.
Apakah
waktu untuk proses operasi/mail trip sudah diatur sedemikian rupa? kalau tidak
harus ditata ulang supaya bisa diukur.
2.
Apakah
waktu yang sudah ditetapkan sudah dikomunikasikan/disosialisasikan kepada
seluruh karyawan yang bertugas disetiap segmen operasi oleh atasan langsung?
3. Apakah atasan langsung tahu apa maksud
tujuan cut off time? kalau tidak ditaati akan membawa dampak apa terhadap perusahaan
dan pelanggan.
Sebagai
ilustrasi pertama kalau segmen C sesuai cut off time yang ditetapkan tidak menyerahkan seluruh kiriman atau
sebagian kiriman yang diterima sampai dengan cut off time ke proses berikut, maka kiriman yang tertinggal atau
yang tidak diserahkan, kualitas yang dijanjikan kepada pelanggan umpamanya esok
sampai (H+1) akan menjadi lusa sampai (H+2) akibatnya sejumlah
pelanggan akan kecewa dan kalau hal ini ber ulang terus perusahaan akan
kehilangan pelanggan.
Sebagai ilustrasi kedua kalau segmen T
(angkutan darat/udara) sesuai cut off
time yang ditetapkan tidak berangkat dan tiba di kantorpos yang ditetapkan
tepat waktu untuk proses berikut, maka seluruh kiriman waktu penyerahan yang
dijanjikan kepada pelanggan umpamanya esok sampai (H+1) akan menjadi lusa
sampai (H+2) bayangkan akibatnya satu truk kiriman berisi puluhan/ratusan
kantong dan setiap kantong berisi ratusan/ribuan surat dari para pelanggan kualitasnya
menurun dan kekecewaan akan muncul dan kalau hal ini ber ulang terus perusahaan
akan kehilangan pelanggan.
Tepat
= accurate dengan tolok ukur nol
kesalahan artinya setiap karyawan dalam setiap segmen proses operasi harus
memulai dan meakhiri tugas pekerjaannya tepat waktu dan tidak boleh melakukan kesalahan
salah terima, salah sortir, salah salur dengan standar produktifitas yang sudah
ditetapkan.
Aman
= secure dengan tolok ukur kerusakan dan kehilangan artinya tidak boleh ada
kiriman yang diterima dalam proses operasi rusak atau hilang.
Agar
tiga hal tersebut diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka sistem,
sdm, sarana harus tersedia sesuai kebutuhan setiap hari (masalah
kapasitas) yang menurut saya menjadi titik lemah kondisi existing
kenapa kualitas tidak tercapai sesuai yang diharapkan.
Apakah
penetapan jumlah karyawan yang tetap untuk setiap segmen proses sudah tepat
karena volume setiap hari tidak sama? Apakah sarana yang dipakai sudah cukup
dan tepat untuk menghilangkan salah sortir, salah salur, kerusakan, kehilangan?
Apakah teknologi sekarang sudah bisa mendata salah sortir, salah salur,
kerusakan, kehilangan sebagai data untuk analisis bukan hanya jejak lacak saja?
Apakah sistem pengawasan sudah dikerjakan oleh atasan langsung dengan rutin?
Apakah ketentuan product design sudah
ditaati? dan kalau di teruskan pertanyaannya akan cukup banyak pertanyaan yang
bisa ditanyakan.
Beberapa
pertanyaan diatas saya ajukan karena itu lah menurut saya penyebab selama ini
kenapa mutu tidak dapat ditingkatkan menjadi zero defect dan perlu dijawab oleh managemen dalam bentuk action bagaimana menperbaikinya
Agar
kedepan mutu bisa dikendalikan maka perlu ditata ulang sistem pendataan mutu
dan laporan sebagai bahan dasar analisis kenapa mutu tidak tercapai.
Sebagai contoh dimana pendataan harus
dilakukan sebagai berikut:
Kesalahan
yang dilakukan oleh segmen C akan terdata pada segmen D berupa kesalahan
penerimaan kiriman (product design).
Kesalahan
yang dilakukan oleh karyawan di segmen P1akan terdata pada segmen P4 berupa
kesalahan salah sortir pucuk
Kesalahan
yang dilakukan oleh karyawan di segmen P2 akan terdata pada segmen P3 berupa
kesalahan salah salur kantong
Ketidak
taatan terhadap waktu, kerusakan dan kehilangan akan terdata disetiap segmen
proses pada saat serah terima.
Pada saran dan masukan
berikutnya akan saya uraikan masalah kiriman korporat proses operasi yang
berbasis high quality low cost melalui 12 tahap untuk memenangkan persaingan.
Demikian yang dapat saya sampaikan, selamat bekerja, sukses
selalu dan terima kasih. Waalaikumsalam wr. wb.,
Hormat
Saya,
Fakhri Umar
Tembusan :
Direktur Utama PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Marketing and Bisnis Development, PT Pos Indonesia,
Bandung 40000
Direktur Mail and Operation, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur SDM dan Umum, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Teknologi, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Sekretaris Perusahaan, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Ketua Tim Pembenahan Operasi, PT Pos Indonesia, Bandung
40000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar