Bandung, 31 Maret 2010
Kepada,
Wakil Direktur Utama
PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Perihal :
Saran dan masukan masalah bisnis ( tarif dan harga pokok )
Assalammualaikum wr. wb,
Pertama-tama
saya ucapkan terima kasih atas perhatian bapak yang telah mau membaca saran dan
masukan ke 18 ini yaitu masalah tarif dan harga pokok produksi yang
merupakan salah satu tupoksi direktorat
pemasaran dan pengembangan bisnis semoga ada manfaatnya.
Masukan
ini coba menguraikan masalah tarif dan harga pokok existing
dan kedepan yang menurut penulis perlu dicari dasar dasar penyusunannya
(formulanya) dan ditata ulang agar lebih sederhana dan mudah bagi karyawan
maupun pelanggan mengingat dan menghitung tarifnya.
Berdasarkan
catatan yang ada masalah tarif dan harga pokok diberlakukan untuk setiap produk
yang ada sehingga terdapat puluhan tarif karena banyaknya produk yang ada di PT
Pos Indonesia, yang seharusnya dari satu titik ke titik yang sama, dengan
sistem yang sama, sdm yang sama, teknologi yang sama, sarana yang sama harga
pokok produksinya harusnya sama (hpp belum termasuk biaya pemasaran dan
margin).
Setelah
harga pokok produksi didapat maka tarif ditetapkan dengan memperhatikan tarif
pesaing, daya beli dan pasar yang akan dibidik. Tentu tarif pasar menengah keatas
(produk prioritas) dengan tarif pasar menengah kebawah (produk standar) akan
berbeda karena daya beli.
Pada
masa lalu penyusunan harga pokok produksi di kelompokan dalam dua istilah yaitu
porto
(biaya langsung dan tidak langsung) dan bea (bea tambahan feature dan
bea angkutan) yang menurut saya sangat sederhana mudah dipahami tapi tidak
menghilangkan kaidah kaidah penyusunan harga pokok produksi berbasis keilmuan.
Menurut
saya tidak semua sistem yang diperkenalkan oleh pendahulu kita salah. Saya termasuk
penganut penyempurnaan sistem, artinya sistem yang sudah tepat diteruskan, yang
kurang tepat disempurnakan dan yang tidak tepat dihapuskan.
Dalam
tulisan ini saya akan coba menguraikan pola operasi berbasis mata rantai
operasi C-P1-P2-T-P3-P4-D dengan pola (pattern) mail trip terpendek
C-P1-P2-P3-P4-D (kiriman lokal dalam satu wilayah kantorpos pemeriksa/KSD/MPC) dan pola (pattern) mail trip yang terpanjang
C-T1-P2-T2-P1-P2-T3-P2-T4-P2-T5-P2-T6-P3-P4-T7-P3-T8-D (kiriman dari kpp ke kpp
lainnya), sebagai dasar menghitung harga pokok produksi dengan penjelasan
sebagai berikut:
1.
C = loket KSD, loket kantorpos pemeriksa ,
loket kantorpos cabang.
2.
P1 =
proses dari pucuk menjadi kantongpos di MPC/KSD outgoing
3.
P2 =
proses mengelola pola distribusi dan pola transportasi di MPC/KSD outgoing
4.
P3 =
proses dari pucuk menjadi kantongpos di MPC/KSD incoming
5.
P4 =
proses mengelola pola distribusi dan pola transportasi di MPC/KSD incoming
6.
T1 =
transportasi dari kantorpos cabang ke kantorpos pemeriksa (tersier) outgoing
7.
T2 =
transportasi dari kantorpos pemeriksa ke MPC/KSD (sekunder) outgoing (inbound)
8.
T3 =
transportasi dari MPC/KSD ke MPC/KSD (primer) outgoing (hub)
9.
T4 =
transportasi dari MPC/KSD ke KTSH (primer darat/udara) outgoing
10.
T5 =
transportasi dari KTSH ke MPC/KSD (primer darat/udara) incoming
11.
T6 =
transportasi dari MPC/KSD ke MPC/KSD (primer) incoming (hub)
12.
T7 =
transportasi dari MPC/KSD ke kantorpos pemeriksa (sekunder) incoming (inbound)
13.
T8 =
transportasi dari kantorpos pemeriksa ke kantorpos cabang (tersier) incoming
14. D
= antaran di MPC/KSD, di kantor pemeriksa , kantorpos cabang.
Tiap
segmen yang tersebut diatas harus di hitung biaya sdmnya, biaya teknologinya,
biaya barang pemakaiannya, biaya barang inventarisnya, biaya kenderaannya,
biaya gedungnya dan biaya tidak langsung (air,listrik dan sebagainya) dengan
suatu modul berbasis teknologi
Untuk menghitung semua yang tersebut diatas maka prasyarat
yang harus dipenuhi sebagai berikut :
1. Data produksi setiap segmen harus
terdata secara akurat melalui tertib pencatatan dan tertib
pembukuan disetiap kantor baik ia sebagai kantor outgoing maupun
incoming untuk menghitung biaya cost per unitnya. (saran dan masukan saya
mengenai pembenahan regulasi laporan dan data terdahulu).
2. Mengukur produktifitas sdm melalui
time and motion study untuk setiap
segmen melalui sampling agar didapat standar produktifitas dengan tata kerja
yang terstandar
(saran dan masukan saya mengenai pembenahan regulasi kebijakan, prosedur dan
instruksi kerja sebanyak 8 tulisan berturut turut mengenai simplifikasi proses,
C, P1, P2, T, P3, P4, D terdahulu).
3. Mengukur utilisasi kinerja teknologi untuk setiap segmen melalui sampling
setelah distandar sistemnya (saran dan masukan saya mengenai
penyempurnaan I-POS terdahulu).
4. Mengukur utilisasi kinerja pemakaian barang
pemakaian (formulir dan barang yang bukan barang inventaris) untuk setiap
segmen melalui sampling setelah distandar barang pemakaiannya (saran
dan masukan saya mengenai penyempurnaan inventory system model G dan
Per-9/Per-28 barang pemakaian tulisan ke-21 yang akan datang).
5. Mengukur utilisasi kinerja pemakaian
barang inventaris untuk setiap segmen melalui sampling setelah distandar
barang inventarisnya (saran dan masukan saya mengenai penyempurnaan inventory
system Per-74/75 tulisan ke-22 yang akan datang).
6. Mengukur utilisasi kinerja pemakaian
kenderaan untuk setiap segmen melalui sampling setelah distandar
kenderaannya (saran dan masukan saya mengenai penyempurnaan inventory system
kenderaan model KM tulisan ke-23 yang akan datang).
7. Mengukur utilisasi kinerja pemakaian gedung
untuk setiap segmen melalui sampling (saran dan masukan saya mengenai
penyempurnaan inventory system model Ban tulisan ke-24 yang akan datang).
8.
Mengukur
kinerja
biaya tidak langsung untuk setiap segmen melalui sampling.
Salah
satu penyebab kenapa secara korporat laba minimal 10% tidak tercapai setiap
tahun selama ini (asumsi setiap produk di tetapkan 10% s/d 20% margin) karena
tata cara menetapkan tarif dan menghitung harga pokok produksi yang masih kurang
tepat dan perlu disempurnakan kembali.
Pada
saran dan masukan berikutnya akan saya uraikan masalah laba korporat (profit)
kenapa setiap tahun tidak tercapai.
Demikian yang dapat saya sampaikan,
selamat bekerja, sukses selalu dan terima kasih. Waalaikumsalam wr. wb.
Hormat
Saya,
Fakhri Umar
Tembusan :
Direktur Utama PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Marketing and Bisnis Development, PT Pos Indonesia,
Bandung 40000
Direktur Mail and Operation, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur SDM dan Umum, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Teknologi, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Sekretaris Perusahaan, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Ketua Tim Pembenahan Operasi, PT Pos Indonesia, Bandung
40000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar