Most Viewed

Selasa, 10 April 2012

pembenahan operasi VII (proses VII)


Bandung, 1 Februari 2010
Kepada,
Wakil Direktur Utama
PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Perihal  : Saran dan Masukan untuk pembenahan operasi VII ( proses VII ).
Assalammualaikum wr. wb,
                Pertama-tama saya ucapkan terima kasih atas perhatian bapak yang telah mau membaca saran dan masukan ke 12 ini yaitu pembenahan infrastruktur operasi/delivering-reporting yang merupakan saran dan masukan terakhir dari proses bisnis inti yang terdiri atas 5 katagori peta aktifitas bisnis dan operasi sebelum kita masuk ke peta aktifitas proses bisnis pendukung yang terdiri atas 6 katagori semoga ada manfaatnya.
                Masukan ini coba menguraikan delivering-reporting existing yang menurut penulis terjadi mismanagement yang berdampak inefisiensi dan bagaimana memperbaikinya kedepan agar berhasil guna (cost effective) dan berdaya guna (cost efficien).
                Sebelum masuk ke materi yang akan saya uraikan maka perlu saya gambarkan secara besaran aktifitas berbasis input-process-output yaitu menerima kiriman yang tersusun dalam nampan atau trolly dari puri incoming atau trier incoming kantor tujuan (input), diolah berbasis pengantar, jalan antar dan titik antar di bagian antaran (process), dan diserahkan kepada sialamat melalui proses antaran yang merupakan akhir dari proses end to end process (output).
Bagian ini biasa disebut bagian ANTARAN (delivery)
                Untuk group process delivering-reporting di bagian antaran existing mismanagement terjadi pada perangkat aturan mulai dari kebijakan-prosedur kerja-instruksi kerja, kebijakan jumlah karyawan dan jam masuk yang tetap, kebijakan sistem teknologi database track and trace dan kebijakan modernisasi sarana kerja yang ke empat empat kebijakan apabila diperbaiki akan menyumbangkan cost efficien yang cukup significant dari sisi biaya dan peningkatan kualitas dari sisi waktu.
Solusi untuk keempat  masalah yang dikemukakan di atas sebagai berikut ;   
                Kebijakan-prosedur kerja-instruksi kerja yang existing sekarang di evaluasi ulang lalu di tata kembali dengan pola, aturan yang sudah tepat diteruskan, yang kurang tepat disempurnakan, yang tidak tepat dihapuskan dan yang tidak ada ditambahkan dan di dokumentasikan dalam format standar mutu internal ISS 2000 (Internal Service Standard 2000) untuk masing masing kiriman terbukukan dan kiriman tidak terbukukan. Dalam ISS 2000 kebijakan mutu di uraikan, SOP yaitu terima-sortir-antar-entri-arsip ditetapkan dan diuraikan masing masing dalam bentuk instruksi kerja ( IK ) untuk setiap kantorpos.
                Begitu juga untuk masing masing proses collecting, processing1, processing2, transporting, processing3, processing4 dan delivering diatas dalam format ISS 2000.
                Untuk mentransformasikan proses antaran agar lebih efektif dan efisien penerapan pola 12 langkah yang KD/SE nya sudah ditetapkan harus dilaksanakan dimana :
Langkah ke-1 dan ke-2 sebagai unsur pelatihan dan pembentukan teamwork dan yang paling mendasar adalah unsur perubahan sistem tidak lagi tergantung pengantar dimana kalau pengantarnya sakit, cuti atau berhalangan, sortir dan antaran dijalan antar tersebut terganggu selama yang bersangkutan tidak masuk yang akhirnya merusak mutu/kualitas.
Langkah ke-3 dan ke-4 pendataan jumlah kirimanpos dan titik antar untuk bahan evaluasi yang nanti hasilnya digunakan untuk planning, organizing sdm/sarana agar setiap hari standar produktifitas karyawan untuk sortir, antar dan entri optimal (masalah kapasitas sdm dan sarana).
Langkah ke-5 menghapus antaran berbasis produk menjadi antaran berbasis fungsi dengan kinerja standar waktu penyerahan.
Langkah ke-6 mengalokasikan sarana antaran yang tepat guna dan berdaya guna (kenderaan maupun sarana antaran) agar produktifitas setiap hari 100%.
Langkah ke-7 dan ke-8 spesialisasi pekerjaan yaitu sortir, antar dan entri dengan petugas yang berbeda dan jam masuk yang berbeda namun tetap dalam satu teamwork.
Langkah ke-9 dan ke-10 right sizeing untuk setiap sub proses sortir, antar dan entri sesuai kebutuhan tidak berlebihan dan tidak kekurangan setiap hari.
Langkah ke-11 dan ke-12 intergrasi management antaran dan processing dibawah satu garis komando sehingga ada pemisahan yang jelas antara collecting center-processing center-transporting center-delivering center-supporting center disatu wilayah kota raya.
                Untuk perubahan budaya kerja maka konsep existing diterapkan yaitu 5R (ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin) dan pelatihan etika layanan kepada pengantar dalam rangka berhadapan dengan sialamat di terapkan misalnya tata cara bertemu, berkomunikasi, dan berpamit.
                Kebijakan jumlah karyawan dan jam masuk yang tetap di ubah menjadi fleksibel yaitu banyaknya karyawan setiap hari yang masuk disesuaikan dengan jumlah kirimanpos yang akan diolah pada mata rantai SOP terima-sortir-antar-entri-arsip.
                Sebagai gambaran sederhana karyawan untuk sub proses terima dan sortir masuk lebih dulu sampai selesai. Karyawan antar masuk untuk menerima hasil kiriman untuk diantar. Karyawan entri dan arsip masuk setelah antaran selesai. Jumlah karyawan yang masuk di sesuaikan dengan kebutuhan yang setiap hari tidak sama.
                Kebijakan sistem teknologi database track and trace disempurnakan dengan dilakukan 2 kali input data pada saat sub proses sortir selesai untuk pengawasan pencocokan penerimaan baik jumlah dan item per item dan pada saat sub proses antar selesai untuk hasil kinerja antaran. Data hasil antaran di simpan di kantor tujuan untuk kiriman lokal, untuk antar kantorpos dalam satu wilayah dikirim dan disimpan di kantor wilayah, untuk kantorpos antar  wilayah dikirim dan disimpan di kantor pusat.
Langkah kedepan apabila new system selesai dari penyempurnaan sistem i-pos maka kiriman mulai dari kantor asal ke kantor tujuan, kirimanpos tidak lagi disertai resi.
                Kebijakan modernisasi sarana kerja diarahkan agar terjadi cutting process yang berdampak efisiensi waktu dan sumber daya. Sarana untuk sub proses sortir berupa rak sortir, meja pengantar dan balok sortir titik antar harus diganti dengan rak sortir vertikal (vertical sorting frame) agar 3 tahap sortir satu surat menjadi 1 tahap sortir sehingga terjadi penghematan 66% waktu, sumber daya dan biaya.
                Pada saran dan masukan berikutnya akan saya uraikan pembenahan infrastruktur supporting/ reporting berbasis teknologi di seluruh mata rantai proses operasi (new system i-pos yang disempurnakan).
Demikian yang dapat saya sampaikan, selamat bekerja, sukses selalu dan terima kasih.  
Waalaikumsalam wr. wb.

                                                                                                                                                Hormat Saya,

                                                                                                                                                 Fakhri Umar
Tembusan :
Tembusan :
Direktur Utama PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Marketing and Bisnis Development, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Mail and Operation, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur SDM dan Umum, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Teknologi, PT Pos Indonesia, Bandung 40000
Ketua Tim Pembenahan Operasi, PT Pos Indonesia, Bandung 40000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar