Bandung,
6 Nopember 2011
Kepada,
Direktur Operasi Suratpos dan
logistik,
PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Perihal : Jaringan bisnis suratpos dan paketpos (
network )
Assalam mualaikum wr. wb.
Untuk
tulisan yang ke-55 ini akan saya coba menguraikan masalah bangunan jaringan
bisnis suratpos dan paketpos ( network ) yang saat ini diterapkan diseluruh
kepulauan yang ada di Indonesia oleh PT Pos Indonesia.
UMUM
Untuk membangun
jaringan perposan maka sampai saat ini kita memakai pola hub and spoke yang
dalam aplikasinya di PT Pos Indonesia kita sebut dengan SPP/MPC/KSD sebagai hub dan Kantorpos sekitarnya menjadi spoke.
Jaringan di PT
Pos Indonesia masih memakai pola pembagian jaringan primer, sekunder, dan
tersier karena kita menggarap 2 macam pasar yaitu pasar bisnis dan pasar
misi sosial yang dibebankan oleh Negara. Jaringan yang dibuat berbasis
jaringan pasar bisnis.
Untuk
menghubungkan ( link ) antara hub dengan spoke ( node ) maka diperlukan moda transportasi yang tepat yaitu
yang efektif dan efisien.
Efektif artinya
sesuai keinginan pasar (cepat,tepat dan aman), efisien artinya biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan jasa layanan sesuai harga pokok produksi ( hpp ).
Jadi dalam merancang suatu jaringan harus efektif dulu
baru efisien. Kalau tidak efektif perusahaan akan kehilangan pasar/pelanggan. Kalau
tidak efisien maka perusahaan akan mengalami kerugian. Jadi harus ada trade off antara efektif dan efisien.
KHUSUS
Untuk PT Pos
Indonesia tedapat 5 kelompok jaringan yaitu:
1. Jaringan Pulau Jawa
2. Jaringan Pulau Sumatera
3. Jaringan Pulau Bali, Kepulauan Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur
4. Jaringan Pulau Kalimantan
5. Jaringan Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Pulau Irian
Di dalam suatu jaringan ( network ) antar 2 titik (
node ) terdapat 7 kelompok proses (proses bisnis) yaitu C-Poi-Pob-T-Pib-Pii-D. Kebijakan penggalan waktu ( cut off time ) harus ditetapkan dengan tepat
untuk suatu kirimanpos agar proses operasinya mengalir seperti ban
berjalan (clean floor policy
).
Moda transportasi yang dipergunakan beragam mulai dari
moda transportasi udara, darat (termasuk kereta api), laut dengan prinsip
efektif dan efisien.
Khusus untuk kelompok proses T (transportasi), apabila
gagal terangkut sesuai ketentuan waktu yang ditetapkan maka prosedur yang
dipakai adalah kiriman harus diberangkatkan dengan kesempatan pertama berikutnya.
Parameter yang dipakai untuk mengukur kinerja sistem
jaringan (system network), khususnya kelompok
proses transportasi adalah, waktu, kapasitas, dan biaya
dibandingkan dengan volume.
Ke-4 parameter ini saling terkait dan dijadikan tolok
ukur analisa berkala oleh bagian jaringan dalam rangka menetapkan dan
mengevaluasi suatu jaringan, apakah sudah efektif dan efisien atau belum?
WAKTU
Tolok ukur
waktu secara kualitatif yang dipakai adalah tolok ukur waktu yang diinginkan
oleh pasar/pelanggan ( bisnis ) dengan bahasa verbal hari ini sampai, esok
hari sampai, lusa sampai dan seterusnya dengan simbol
yang dipakai oleh PT Pos Indonesia untuk internalisasinya yaitu H+0,
H+1, H+2 dan seterusnya.
Tolok ukur waktu
secara kwantitatif sebagai berikut:
1. Hari ini sampai = H+0: kiriman tidak terbukukan = 16 jam, kiriman
terbukukan = 9 jam
2. Esok sampai = H+1:
kiriman tidak terbukukan = 40 jam, kiriman terbukukan = 33 jam
3. Lusa sampai = H+2: kiriman
tidak terbukukan = 64 jam, kiriman terbukukan = 57 jam
4. Dan seterusnya
KAPASITAS
Kapasitas
adalah pemilihan jenis dan ukuran kenderaan yang di butuhkan
untuk melayani suatu jaringan berupa moda tranportasi udara, darat dan laut
dikaitkan dengan volume kirimanpos yang akan diangkut setiap kali/hari. Salah
memilih moda transportasi akan mempengaruhi kualitas dan biaya (rugi).
BIAYA
Biaya adalah
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk melayani suatu jaringan berupa moda
tranportasi udara, darat dan laut dikaitkan dengan volume kirimanpos yang akan
diangkut setiap kali/hari.
Untuk menentukan biaya transportasi, apakah efisien
atau tidak? maka harga pokok produksi transportasi menjadi acuan sebagai bahan
evalusi untuk mengukur, apakah biaya yang berkenan dengan suatu jaringan,
apakah mengalami kerugian atau tidak?
VOLUME
Volume adalah
berapa banyak kirimanpos yang diangkut dalam suatu jaringan oleh suatu moda
tranportasi udara, darat dan laut setiap kali/hari.
KONDISI KE-5 JARINGAN SAAT INI
Ke-5 kelompok
jaringan saat ini sepengetahuan saya belum dilakukan analisa secara
komprehensif dengan memakai 4 parameter tersebut diatas sehingga besar dugaan
saya bahwa salah satu penyumbang kinerja operasi yang tidak handal/unggul
adalah jaringan/network dengan kelompok proses transportasi dan distribusi.
Untuk
itu saya sarankan agar jaringan yang ada saat ini dilakukan analisa secara
komprehensif dan hasilnya berupa penataan ulang jaringan yang lebih efektif (
sesuai keinginan pasar/pelanggan ) dan efisien ( sesuai dengan biaya yang di
butuhkan/tidak rugi ).
Kenapa saya sarankan untuk dianalisa secara
komprehensif, karena dalam perjalanan penataan jaringan primer, sekunder dan
tersier terjadi perubahan yang tak terkoordinasi dan terintegrasi dengan baik
di tingkat kantor pusat, kantor wilayah dan kantorpos baik secara horizontal
maupun vertikal.
Demikian yang dapat saya sampaikan
semoga bermanfaat, sukses selalu dan PT Pos Indonesia makin berkibar, Direksi
diberi kesehatan, kemauan keras dan kesatuan berpikir untuk dapat melaksanakan
tugas yang cukup berat membenahi PT Pos Indonesia yang sama sama kita cintai.
Terima Kasih,
Wassalam mualaikum wr. Wr.
Hormat kami
Fakhri Umar
Tembusan:
Direktur Utama, PT. Pos Indonesia,
Bandung 40000
Wakil Direktur Utama, PT. Pos Indonesia,
Bandung 40000
Direktur Pemasaran dan
Pengembangan Bisnis, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Jasa Keuangan dan
Teknologi, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur SDM dan Sarana, PT. Pos
Indonesia, Bandung 40000
Direktur Keuangan, PT. Pos
Indonesia, Bandung 40000
Kepala Proyek Penyehatan
Perusahaan, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Kepala Proyek Pembenahan Operasi,
PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar