Most Viewed

Rabu, 13 Juni 2012

Kenapa kita ( PT Pos Indonesia ), suka memelihara kerugian ? ( rugi )


Bandung, 27 Nopember 2011
Kepada,
Direktur Utama,
PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Perihal : Kenapa kita ( PT Pos Indonesia ), suka memelihara kerugian ? ( rugi )
Assalam mualaikum wr. wb.
                Untuk tulisan yang ke-58 ini saya beri judul, Kenapa kita ( PT Pos Indonesia ), suka memelihara kerugian ?
                Tulisan ini harus ditanggapi positif, bukan untuk mendiskreditkan seseorang atau sekelompok orang tapi mengingatkan kepada kita semua bahwa disadari atau tidak, kita telah memelihara kerugian yang cukup besar dan cukup lama dalam mengelola bisnis suratpos dan paketpos, sehingga laba kita setiap tahun berkurang. ( tidak sesuai yang ditetapkan/optimal )
                Kenapa yang saya sorot kerugian di bisnis suratpos dan paketpos ?, karena menurut saya “ada anggapan” diantara kita di internal perusahaan bahwa bisnis ini adalah bisnis masa lalu yang sudah tergilas/tergantikan oleh kemajuan teknologi, apa lagi pengembangan yang pesat dari bisnis jasa keuangan serta melihat bisnis logistik adalah bisnis masa depan, maka pengembangan proses operasi cenderung terabaikan kalau ada pengembangannya bersifat parsial dan tak terkendalikan sehingga dampaknya setiap kelompok proses ( Network/N-C-P-T-D-R ) menyumbang kerugian.
Menurut pendapat saya bisnis suratpos dan paketpos, adalah bisnis masa lalu, keliru karena potensi pasarnya masih besar dan belum digarap oleh perusahaan manapun yaitu pasar direct mail yang sayangnya kebijakan yang diambil tidak mengarah kesitu karena Admail sebagai motor penggerak direct mail tidak diarahkan kesitu, melainkan diterjemah dalam arti sempit yaitu sebagai pabrik surat atau pabrik percetakan. Sungguh menyedihkan.
                Hal ini juga tidak sejalan dengan saran dari booze & co yaitu strategi inisiatif increase volume, yaitu menciptakan kebutuhan pasar ( create demand ) melalui advertising mail dengan media promosi direct mail melalui pembangunan database alamat.
Kembali kepada masalah kerugian bisnis suratpos dan paketpos, hal ini terlihat dari minimnya perhatian pengembangan bisnis ini khususnya bidang operasi, dalam perjalanan sejarahnya kecuali sampai dengan era direksi yang di pimpin oleh bapak Ir. Marsudi.
Kelompok proses ( group process )
Jaringan/Network         
Di PT Pos Indonesia kita menerapkan 2 sistem jaringan, hub and spoke dan point to point yang terkait dengan kecepatan. Pola tutupan menjadi penyumbang kerugian sehingga biaya barang pemakaian yang dipergunakan operasi melebihi harga pokok produksi ( hpp ) karena kita mengabaikan produksi minimal jasa layanan yang harus dicapai untuk BEP. Kesalahan kebijakan bisnis, solusinya jasa layanan produk untuk mail trip tersebut ditutup setelah dianalisa.
Pengumpulan/Collecting dan Pengolahan/Processing
Di PT Pos Indonesia kita menerapkan sistem spesialisasi dengan sumber daya tetap, akibatnya biaya terutama sdmnya melebihi harga pokok produksi ( hpp ) karena tidak mencapai produksi minimal. Selain itu barang inventaris yang dipergunakan rendah utilisasinya. Kesalahan kebijakan operasi, solusinya system diubah menjadi terpadu dengan manajemen sumber daya sesuai kebutuhan (management resources). Tolok ukur waktu, kapasitas dan biaya di banding volume.
Pengangkutan/Transporting
Di PT Pos Indonesia kita menerapkan sistem angkutan yang tetap ( jenis, ukuran dan kapasitas alat angkut ) dengan sumber daya tetap, akibatnya biaya angkutan melebihi harga pokok produksi (hpp). Selain itu sarana yang dipergunakan untuk bongkar muat pos tidak ada ( masih manual ) kalau ada tidak tepat karena kirimanpos masih dalam bentuk kantongpos. Kesalahan kebijakan operasi, solusinya alat angkutan yang digunakan sesuai kebutuhan dengan manajemen sumber daya sarana bongkar muat yang tepat guna dengan perubahan sarana nampan, container dan troli (management resources). Tolok ukur waktu, kapasitas dan biaya di banding volume.
Pengantaran/Delivering
Di PT Pos Indonesia kita menerapkan sistem spesialisasi dengan sumber daya tetap, akibatnya biaya terutama sdmnya melebihi harga pokok produksi ( hpp ) karena tidak mencapai produksi minimal. Selain itu barang inventaris yang dipergunakan rendah utilisasinya. Kesalahan kebijakan operasi, solusinya sistem diubah menjadi terpadu/kelompok dengan manajemen sumber daya sarana sortir antaran ( V-Sort ) sesuai kebutuhan (management resources). Tolok ukur waktu, kapasitas dan biaya di banding volume.
Pelaporan/Reporting
Di PT Pos Indonesia sistem teknologi yang diterapkan waktu upload maupun download data dan konten data itu sendiri tidak menurut mata rantai proses operasis dan berlebihan. Akibatnya biaya terutama beban jaringan melebihi harga pokok produksi ( hpp ) karena tidak mencapai produksi minimal. Selain itu barang inventaris yang dipergunakan rendah utilisasinya. Kesalahan kebijakan operasi, solusinya sistem disesuaikan dengan mata rantai proses operasi dengan manajemen sumber daya sesuai kebutuhan (management resources). Tolok ukur waktu, kapasitas dan biaya di banding volume.
Demikian yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat,
Terima Kasih, Wassalam mualaikum wr. wb.
Hormat kami

 Fakhri Umar
Tembusan:
Wakil Direktur Utama, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Pemasaran dan Pengembangan Bisnis, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Jasa Keuangan dan Teknologi, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Operasi Suratpos dan logistik, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur SDM dan Sarana, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Keuangan, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Kepala Proyek Penyehatan Perusahaan, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Kepala Proyek Pembenahan Operasi, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar