Bandung,
27 Nopember 2011
Kepada,
Direktur Utama,
PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Perihal : Kenapa kita ( PT Pos Indonesia
), suka memelihara kerugian ? ( rugi )
Assalam mualaikum wr. wb.
Untuk tulisan
yang ke-58 ini saya beri judul, Kenapa kita ( PT Pos Indonesia ), suka
memelihara kerugian ?
Tulisan ini
harus ditanggapi positif, bukan untuk mendiskreditkan seseorang atau sekelompok
orang tapi mengingatkan kepada kita semua bahwa disadari atau tidak, kita telah
memelihara kerugian yang cukup besar dan cukup lama dalam mengelola bisnis
suratpos dan paketpos, sehingga laba kita setiap tahun berkurang. (
tidak sesuai yang ditetapkan/optimal )
Kenapa yang
saya sorot kerugian di bisnis suratpos dan paketpos ?, karena menurut saya “ada
anggapan” diantara kita di internal perusahaan bahwa bisnis ini adalah bisnis
masa lalu yang sudah tergilas/tergantikan oleh kemajuan teknologi, apa lagi
pengembangan yang pesat dari bisnis jasa keuangan serta melihat bisnis logistik
adalah bisnis masa depan, maka pengembangan proses operasi cenderung terabaikan
kalau ada pengembangannya bersifat parsial dan tak terkendalikan sehingga dampaknya
setiap kelompok proses ( Network/N-C-P-T-D-R ) menyumbang kerugian.
Menurut pendapat saya bisnis suratpos dan paketpos,
adalah bisnis masa lalu, keliru karena potensi pasarnya masih besar dan belum
digarap oleh perusahaan manapun yaitu pasar direct mail yang
sayangnya kebijakan yang diambil tidak mengarah kesitu karena Admail sebagai
motor penggerak direct mail tidak diarahkan kesitu, melainkan diterjemah dalam
arti sempit yaitu sebagai pabrik surat atau pabrik percetakan. Sungguh
menyedihkan.
Hal ini juga
tidak sejalan dengan saran dari booze
& co yaitu strategi inisiatif increase volume, yaitu menciptakan
kebutuhan pasar ( create demand ) melalui advertising
mail dengan media promosi direct mail
melalui pembangunan database alamat.
Kembali kepada masalah kerugian bisnis suratpos dan
paketpos, hal ini terlihat dari minimnya perhatian pengembangan bisnis ini
khususnya bidang operasi, dalam perjalanan sejarahnya kecuali sampai dengan era
direksi yang di pimpin oleh bapak Ir. Marsudi.
Kelompok proses ( group
process )
Jaringan/Network
Di PT Pos Indonesia kita menerapkan 2 sistem jaringan,
hub and spoke dan point to point yang terkait dengan kecepatan.
Pola tutupan menjadi penyumbang kerugian sehingga biaya barang pemakaian yang
dipergunakan operasi melebihi harga pokok produksi ( hpp ) karena kita
mengabaikan produksi minimal jasa layanan yang harus dicapai untuk BEP.
Kesalahan kebijakan bisnis, solusinya jasa layanan produk untuk mail trip tersebut ditutup setelah
dianalisa.
Pengumpulan/Collecting dan
Pengolahan/Processing
Di PT Pos Indonesia kita menerapkan sistem
spesialisasi dengan sumber daya tetap, akibatnya biaya terutama sdmnya melebihi
harga pokok produksi ( hpp ) karena tidak mencapai produksi minimal. Selain itu
barang inventaris yang dipergunakan rendah utilisasinya. Kesalahan kebijakan
operasi, solusinya system diubah menjadi terpadu dengan manajemen sumber daya
sesuai kebutuhan (management resources).
Tolok ukur waktu, kapasitas dan biaya di banding volume.
Pengangkutan/Transporting
Di PT Pos Indonesia kita menerapkan sistem angkutan yang
tetap ( jenis, ukuran dan kapasitas alat angkut ) dengan sumber daya tetap,
akibatnya biaya angkutan melebihi harga pokok produksi (hpp). Selain itu sarana
yang dipergunakan untuk bongkar muat pos tidak ada ( masih manual ) kalau ada
tidak tepat karena kirimanpos masih dalam bentuk kantongpos. Kesalahan
kebijakan operasi, solusinya alat angkutan yang digunakan sesuai kebutuhan
dengan manajemen sumber daya sarana bongkar muat yang tepat guna dengan
perubahan sarana nampan, container dan troli (management resources). Tolok ukur waktu, kapasitas dan biaya di
banding volume.
Pengantaran/Delivering
Di PT Pos Indonesia kita menerapkan sistem
spesialisasi dengan sumber daya tetap, akibatnya biaya terutama sdmnya melebihi
harga pokok produksi ( hpp ) karena tidak mencapai produksi minimal. Selain itu
barang inventaris yang dipergunakan rendah utilisasinya. Kesalahan kebijakan
operasi, solusinya sistem diubah menjadi terpadu/kelompok dengan manajemen
sumber daya sarana sortir antaran ( V-Sort ) sesuai kebutuhan (management resources). Tolok ukur waktu,
kapasitas dan biaya di banding volume.
Pelaporan/Reporting
Di PT Pos Indonesia sistem teknologi yang diterapkan
waktu upload maupun download data dan konten data itu sendiri tidak menurut
mata rantai proses operasis dan berlebihan. Akibatnya biaya terutama beban
jaringan melebihi harga pokok produksi ( hpp ) karena tidak mencapai produksi
minimal. Selain itu barang inventaris yang dipergunakan rendah utilisasinya. Kesalahan
kebijakan operasi, solusinya sistem disesuaikan dengan mata rantai proses
operasi dengan manajemen sumber daya sesuai kebutuhan (management resources). Tolok ukur waktu, kapasitas dan biaya di
banding volume.
Demikian yang dapat saya sampaikan
semoga bermanfaat,
Terima Kasih, Wassalam mualaikum wr. wb.
Hormat kami
Fakhri Umar
Tembusan:
Wakil Direktur Utama, PT. Pos
Indonesia, Bandung 40000
Direktur Pemasaran dan
Pengembangan Bisnis, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Jasa Keuangan dan
Teknologi, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur Operasi Suratpos dan
logistik, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Direktur SDM dan Sarana, PT. Pos
Indonesia, Bandung 40000
Direktur Keuangan, PT. Pos
Indonesia, Bandung 40000
Kepala Proyek Penyehatan
Perusahaan, PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Kepala Proyek Pembenahan Operasi,
PT. Pos Indonesia, Bandung 40000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar